Jumat, 18 Maret 2011

Dengar bisikku,,,

Ku masih tak penat juga, Menekur jalan yang ku tempuh

Sekedar menepis rasa gelisah

Bimbang…

Terkadang ingin ku tulis semua perasaan yang datang menyergapku

Dalam angan, aku merasa berada di satu persimpangan jalan yang sulit ku pilih

Jalan apa yang harus ku pilih saat ini

Mana yang terbaik ???

Entalah, akupun tak mampu menerawangnya, malu rasanya pada diriku sendiri…

Tidak punya pendirian, tidak mampu menemukan jati diri,

Hehehe, mungkin di luar sana kalian menertawakanku, atau bahkan mengejekku, mencemooh barangkali ???

Menganggap aku ini aneh, dan sulit di tebak..iya, itulah aku, aku tanpa pantulan siapa-siapa,

Ada tanya di hati, tapi sampai detik ini akupun tak mampu untuk menjawabnya, apa itu ? entah,akupun tak tahu

Terserah jika kalian ingin menertawakanku, tapi inilah aku, yang sampai kapanpun takkan mampu menjadi seperti yang kalian inginkan,,

Kadang ku iri melihat mereka, ingin juga seperti mereka tapi lagi-lagi aku tak mampu,,

Tak terasa telah jauh langkahku,mengukir hari menapaki jejak asa. Tetes keringat telah menguap, tak ada kelelahan yang tersisa, namun ku coba maknai kan semua ini hingga peluhku memerah, hanya satu asa yang ku dapat ‘letih’…

Namun, ku tetap melangkah, meskipun ada sedikit keraguan

Secuil harapan, berharap ini jalan yang terbaik yang kan berakhir indah di waktunya. Aminn

Namun ku tak yakin mampu melakukan semuanya seorang diri, ku butuh sosok yang dapat mengajariku tentang banyak hal,,

Yang dapat menopang stiap langkahku,, meluruskan prinsip hidupku, menguatkan pendirianku yang cenderung berubah-ubah,

Mampu membantuku mencari jati diri,, menghapus lelahku dalam jenuh hati, mengajariku akan arti hidup yang sebenarnya, membimbingku ke arah yang lebih baik,

Dan yang terpenting yaitu sosok yang hatinya penuh dengan kasih-Mu dan membuatku semakin mengagumi-Mu ya Rabb…

Sebab,, ku masih sangat lemah untuk semua itu…

Ya Rabb,, maafkan segala keputusasaanku,

Catatan yang terlalu bertele-tele, gag nyambung, maknanyapun gag dapat, tp biarlah,. Karena Ku bukan penulis yang kaya dengan kosakata ku jg tidak cerdas dalam linguistic, jadi mohon di maklumi sajalah,,yah sekedar menumpahkan segala fikiran yang membebani hati, apa salahnya,, karena ku yakin ‘setelah hujan pasti ada pelangi’

Ngek,,,sibuk sendiri kyknya…

By ; Hasnah haris

....

Ya...Rabb

Jika cintaku Kau ciptakan untuk dia tabahkan hatinya,
teguhkan imanya,
sucikan cintanya,
lembutkan rindunya,

Jika hatiku Kau ciptakan untuk dia penuhi dengan kasih-Mu
terangi langkahnya dengan nur-Mu
kutitipkan cintaku pada-Mu untuknya,
resapkanlah rinduku pada rindunya,

Jika aku Kau ciptakan untuk dia jadikan dia yang halal bagiku
satukan hidupku dan hidupnya dalam cinta-Mu
sebab,sungguh aku mencintainya karena-Mu

Tapi,

Jika dia Kau ciptakan bukan untukku
jauhkan semua fikirku tentangnya
jagalah hati ini sampai Kau menjawabnya dengan lebih indah di saat yang tepat...

Jumat, 19 Juni 2009

oops...

pagi ini memang sangatlah cerah. Begitu juga dengan wajah Hanny. Tidak kalah cerah dengan matahari. Dia hari ini terlihat senang sekali. Dari rumah dia hanya tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila. Begitu juga di sekolah. Lebih banyak senyumnya daripada mendengar penjelasan guru. Teman-temannya heran melihat kelakuan Hanny semakin lama semakin aneh.Bel istirahat sudah berbunyi. Kantin sekolah sudah terlihat ramai dengan anak-anak yang kelaparan. Terlihat dari ujung meja Elin dan Yoan duduk disana. Elin sedang memakan nasi gorengnya sedangkan Yoan menyeruput es jeruknya sambil melamun.“Elin...Yoan...” teriak seseorang yang berlari mendekati meja mereka.Keduanya menyipitkan matanya. Dilihatnya seorang wanita dengan rambut sepanjang punggung dengan bando yang terlihat manis. Seketika Elin dan Yoan menghela nafas panjang dan melanjutkan makan mereka. Mereka tahu bahwa itu pertanda mereka harus mempersiapkan telinga baik-baik.“Elin...Yoan!!!” seru Hanny yang duduk didepan mereka. Wajah makin berseri-seri setelah ia sampai ke meja Elin dan Yoan.Elin berhenti makan dan menatapnya. “Apa?” tanyanya.“Idih, lo judes amet sih ama gue. Gue, kan, temen lo bukan musuh lo,” jawab Hanny sudah terbiasa dengan sikap Elin yang kadang-kadang judes.“Gimana gak judes ama lu. Lo aja yang tiap hare ketemu kami cuman ngomongin co...wok... melulu. Bosen tau!” balas Yoan.“Tapi, gue perlu telinga kalian nih! Please...” mohon Hanny sambil mengedip matanya ke Elin dan Yoan.Elin dan Yoan saling menatap. Tatapan itu bisa diartikan bahwa mereka setuju bahwa telinga mereka dapat konek.“Oke, oke. Sekarang lo mau curhat apa sama kita? Palingan soal Danu.” kata Elin.“Bukan. Bukan Danu lagi.”“Emang sekarang siapa? Andre? Moza? Atau Kevin yang anak pejabat itu dan idola cewek seantero sekolah?” tanya Yoan pada Hanny dengan menyebutkan nama cowok yang pernah di gebet Hanny.“Semua itu salah. Bukan Andre, Moza ataupun Kevin,” bantah Hanny.“So?”“Gue lagi jatuh cinta ama Ardlan,” jawab Hanny yang memperkecl volume suaranya.“What?! Ardlan!!!” teriak Elin dan Yoan bersamaan.“Sssttt!!! Jangan keras-keras dong! Nanti ketahuan ama Ardlan-nya. Kalo ketahuan, kan, malu,” kata Hanny sambil melihat sekeliling kantin, takut ketahuan teriakkan Elin dan Yoan.“Hei, hei! Gue gak salah denger, kan?” tanya Elin gak percaya.Hanny menggeleng-gelengkan kepalanya. “Hanny my honey. Kayaknya lo salah orang deh. Lu salah jatuh cinta. Ardlan itu cowok gak baik. Matre, mainin cewek dan ngegombal,” kata Yoan.“Gue suka gombalannya. Dia bilang gue seperti madu yang manis banget. Dia gak sejelek kalian kira kok. Kemari aja dia nganterin gue ampe depan rumah. Dan...dan dia juga cium kening gue. Lembut banget,” balas Hanny manja.Elin menghela nafas panjang. “Hanny, lu bego atau apa sih? Lu belum pernah denger kalo Ardlan itu pernah hamilin anak orang dan gak mau bertanggung jawab.”“Tapi, Ardlan itu tipe gue. Ganteng, kaya. Gak mungkin, kan, gue ngebet Ujang yang miskin, berjerawatan dan nggak ada sisi gantengnya. Itu bukan tipe gue.” Hanny menatap Ujang yang sedang membeli makanan sambil mengorek hidungnya dengan tatapan jijik.“Lo jangan liat dari luarnya dong. Dalamnya juga. Ardlan dari luar, ya, gue akui dia ganteng dan kaya, tapi dalamnya itu lho ancur berantakan,” geram Elin.“Iya tuh, Han. Ardlan dari luar bagus tapi, dari dalam kayak tong sampah. Mending tong sampah, masih ada bagus-bagusnya,” timpal Yoan.“Huh! Kok kalian gak dukung gue sih? Nanti gue bad mood lho!” ancam Hanny memonyongkan mulutnya.“Lebih baik lo bad mood daripada lo pacaran ama tong sampah itu,” kata Elin bangkit dari duduknya. “Yoan, kelas yuk!”Yoan ikut berdiri dan siap berjalan keluar kantin, tetapi mereka dihalangi Hanny yang sudah ada didepan mereka.“Kalian mau kemana?”“Kelas,” jawab Elin datar.“Jangan dulu! Gue perlu persetujuan kalian tentang hubungan Ardlan dengan gue. Kalian setuju kagak?” tanya Hanny memelas.Elin dan Yoan saling menatap. Setelah menatap dan (mungkin) berbicara lewat telepati, mereka kembali melihat ke wajah Hanny yang sedang jelek-jeleknya kalau memelas pada mereka. Hanny kembali tersenyum ke mereka.Elin dan Yoan memutar bola matanya. “Terserah!” seru mereka bersamaan.“Hore!!! Thanks!!!” Hanny langsung memeluk kedua sahabatnya yang telah menemaninya dan sabar mendengar curhatannya dari SMP. “Kalian emang temen yang selalu mendukung gue...”Mereka melepaskan pelukan dari Hanny. Wajah Hanny yang tadinya jelek sekarang kembali manis seperti madu- apa yang dikatakan Ardlan pada Hanny.“Tapi kalau terjadi apa-apa ama lu, lu bilang ama gue. Gue bakal labrak tu orang dan bunuh!!!” kata Elin dengan penuh amarah.“Sip!!!” “And lo jadian ama dia, lu pokoknya harus jaga diri lu baik-baik, ya?” kata Yoan.“Oke,oke, enyak...” ***
Sore harinya,Dengan mobil BMW warna hitam, Hanny pergi menuju bimbingan belajarnya. Bentar lagi ujian kelulusan, jadi dia setiap sore bersama Elin dan Yoan belajar di sebuah bimbingan belajar yang terkenal. Di bimbingan belajarnya, Hanny merasa dia terbantu karena dia selalu kesulitan untuk memahami pelajaran sekolah. Bukan karena masalah gak ngerti atau gurunya gak pandai ngajar. Tapi di sekolah, dia hanya memikirkan Ardlan ato cowok lain yang dianggep kaya dan ganteng.Dengan gayanya yang fashionable dan bisa memesona semua laki-laki, Hanny berjalan masuk kedalam rumah, dimana dia akan belajar. Saat dia melewati ruangan dimana siswa sedang belajar, semua siswa laki-laki bersuit nakal pada Hanny. Hanny membiarkan suitan nakal yang diberi padanya.Lo bukan tipe gue. Gue gak bakal tertarik pada kalian yang miskin dan gak ada sisi kegantengan di sesudut muka-muka yang kampungan itu, batin Hanny sombong.Hanny memasuki sebuah ruangan yang didepan bertuliskan ‘Royal Class’. Inilah ruang belajar Hanny. Semua kebutuhan Hanny harus yang mewah termasuk kelas belajarnya juga. Dia duduk kursi didepan papan tulis. Dikeluarkannya peralatan tulisnya dari tasnya. Dia melihat seorang cowok yang sedang duduk disampingnya dan tepatnya didepan meja guru sedang sibuk mengerjakan soal. Hanny mengerut dahinya. Tumben ada murid baru yang masuk sebelum guru berkonfirmasi dengannya dan teman-temannya.“Mbak, anak baru?” tanya Hanny setelah berpikir agak lama.“Bukan. Dia yang akan menggantikan Mbak selama Mbak pergi ke Malaysia,” jawab Mbak yang mengajari mereka. Dia dikenal Mbak Yuni yang baik terhadap siswanya.“Kuliah?”“He-eh. Jadi kamu kerja tugas yang ada dipapan tulis. Kalau yang lain datang, bilang pada mereka kerja soal yang dipapan tulis. Mbak ama dia masuk keruangan itu.” Mbak yuni menunjuk ke sebuah ruangan tertutup tetapi ada kaca untuk dapat melihat kedalam yang biasanya dipakai untuk tempat test guru atau murid. “Nico, kita masuk keruangan itu, ya.” Setelah mereka berdua masuk kedalam ruangan, Elin dan Yoan datang. Dengan cepat, Hanny memanggil mereka berdua ketempat duduknya. Dia ingin ngobrol dengannya.“Apa sih??? Tentang Ardlan lagi? Males gue...,” kata Elin kesal terhadap Hanny yang menariknya.“Bukan...”“So?”“Tentang tu cowok.” Hanny menunjuk ke cowok yang bersama Mbak Yuni didalam ruangan yang mereka tempati.Elin dan Yoan menyipitkan matanya. Sebelum bertanya, mereka berdua langsung menatap Hanny dengan curiga.“Apa?” tanya Hanny tertawa kecil.“Lo suka ma dia?” tanya Yoan seperti polisi mengintrogasi pencuri ayam.“Gue yakin lo suka, kan, ma dia,” timpal Elin.“Sejak kapan gue bilang begitu?” jawab Hanny.“Kami ini tau sifat lo, Han,” kata Yoan.“Mana mungkin sih gue suka cowok seperti dia. Udah miskin, gak ganteng-ganteng amet lagi. Gak level ama gue. Ardlan yang baru selevel ama gue,” jawab Hanny menyombongkan dirinya.Elin mengerutkan dahinya berlipat-lipat mendengar jawaban Hanny. “Darimana lo tau kalau dia miskin?”“Ya, tau lah. Liat aja. Guru kerja pasti ada maksudnya. Maksudnya dapet uang. Jadi itu alasannya mengapa gue bilang kalo dia itu miskin.”Elin dan Yoan menggelengkan kepalanya. Mereka emang sudah terbiasa dengan omongan Hanny yang terlalu menyombongkan dirinya dan merendahkan diri orang miskin. “Terserah. Gue gak peduli lagi...,” kata Elin putus asa.Hanny menatap kedalam ruangan dimana Mbak Yuni dan cowok itu lewat jendela. Dia bukan selera gue! batin Hanny yakin. ***
"Oke. Hari ini kakak ini yang akan mengajari kalian.” seru Mbak Yuni di depan kelas bersama cowok berumuran delapan belasan. Hanny, Elin, Yoan dan murid lainnya dikelas menggerutu terhadap putusan Mbak Yuni kalau ia bakal digantikan oleh cowok kuliahan itu. Mbak Yuni sebenarnya adalah guru yang terkenal pandai mendidik dan baik. Tetapi dia malah memutuskan untuk berhenti mengajar dan melanjutkan pendidikannya yang sudah lama tertinggal.“Anak-anak, meski Mbak tidak mengajar disini lagi, Mbak akan sering-sering datang kesini kok. Lagi pula kakak ini juga baik dan pandai seperti Mbak. Jadi kalian akan mudah beradaptasi dengan kakak ini.” hiburnya tersenyum manis.“Mbak, ngapain juga harus berhenti ngajar. Mbak, kan, bisa ngajar sambil kuliah.” protes Elin.“Maafkan Mbak, ya. Mbak tetep tak bisa. Oke, Mbak minta maaf. Sekarang kakak ini akan perkenalkan dirinya. Silakan, Nic!” Mbak Yuni mempersilakan cowok itu memperkenalkan dirinya.Cowok itu berdiri maju. Dia tersenyum manis. “Selamat sore! Nama saya Nicholas Lomanika. Kalian bisa panggil saya Nico saja.”“Jadi kalo panggil Monika boleh kagak?” potong seorang murid.Semua tertawa mendengar pertanyaan itu.Nico hanya tertawa kecil. “Monika adalah nama perempuan. Saya kuliah di universitas Jaya Baru. Salam kenal semua.” Dia mengakhiri perkenalan dirinya. “Ada pertanyaan?”Jaya Baru?! Itu, kan, universitas yang paling bagus dan paling mahal. Mmm... Dia kaya ato gak sih? Dari wajahnya, dia itu miskin. Emang bisa masuk ke Jaya Baru? tanya Hanny dalam hati dengan bingung.“Umur kakak?” tanya Elin.“Umur saya 18 tahun.” jawabnya sopan.“Kakak udah punya pacar?”“Ada. Emang kenapa?” tanya Nico balik dengan tertawa.“Kagak. Cuma nanya.”“Oke! Hari ini kita bebas aja, ya? Lagipula besok, kan, libur dan kakak akan beri kalian permainan yang lumayan seru,” seru Nico. ***
Dengan agak lemah, Hanny memasuki ruangan kursusnya. Didalam ruangan masih sepi. Cuma ada guru baru itu. Tidak ada satupun yang datang. Hanya ada guru itu dan Hanny didalam ruangan itu. Hanny menatap jam dinding yang tergantung didalam ruangan. Masih terlalu pagi. Dia menatap guru itu lemah. Akhir-akhir ini Hanny agak lemah dan malas kalau disuruh ke kursusnya. Sudah satu bulan guru pengganti Mbak Yuni itu mengajar ditempatnya. Dan sudah satu bulan juga Hanny malas datang untuk belajar. Dia begitu malas melihat guru barunya itu. Selalu menaruh perhatian padanya. Sempat Hanny berpikir kalau guru itu suka padanya. Dan lagi-lagi, Hanny mengatakan bahwa dia bukan levelnya meski guru itu lebih tua daripadanya.Hanny duduk tepat didepan guru itu. Dia tidak mau melihat wajah guru itu meski guru itu selalu menatapnya. Dikeluarkan alat-alat tulisnya.“Hanny, apa ada tugas atau ulangan dari sekolah?” tanya Nico sopan dan ditambah senyumannya yang khas.“Ada! Tolong ajarin!” jawab Hanny judes.Nico mendekati bangku Hanny. Dia segera duduk disampingnya. “Sini kakak bantu.”Hanny tampak kaget saat Nico duduk disampingnya. Dia tidak menyangka kalau Nico senekad itu. Rasa marah ingin memarahi Nico yang telah duduk disampingnya. Tetapi itu tidak jadi. Nico sudah baik untuk membantunya. Masa memarahinya.Nico dengan santai menjelaskannya. Hanny hanya mengangguk- angguk kepalanya saat Nico menanyakan mengerti atau tidak. Sesekali Hanny melirik Nico yang duduk disebelahnya. Wajah Nico tak jelek-jelek amet, tapi dia miskin, pikir Hanny tersenyum.Nico berhenti mengajarnya. Dia berhenti karena dia melihat Hanny melamun. “Hanny, apa kamu mendengar penjelasan kakak tadi?” tanyanya.“Ada. Dari tadi kok.” jawab Hanny kembali sadar.“Kakak dari tadi liat, kamu hanya bengong. Apa kamu sedang memikirkan sesuatu?”“Ah, enggak kok, kak. Hanny gak pikirin sesuatu.” jawabnya dengan tertawa kecil. Dia berbohong. Gak mungkin, kan, kalau dia mengatakan bahwa sedang memikirkan pria itu.“Ya sudah. Kita lanjutin. Sepertinya anak-anak yang lain bakal telat.” ujar Nico melihat ke jam dinding yang tergantung didepan kelas. Setelah itu, dia menlanjutkan penerangannya pada Hanny.Rupanya Kak Nico baik juga, batin Hanny tersenyum lagi setelah melirik wajah Nico sebentar. ***
Biasanya setiap hari Minggu, Hanny selalu main kerumah Elin maupun Yoan. Biasanya, Elin dan Yoan main kerumahnya. Karena minggu ini adalah giliran Hanny mengunjungi Elin, dengan mobil BMW-nya, dia pergi kerumah Elin yang tidak jauh dari rumahnya. Hanya beberapa blok dari rumahnya yang super elite itu.Sekarang mereka sedang berada dikamar Elin yang luas. Ruangan yang sangat nyaman dengan satu kasur besar, AC, lemari, meja hias dan hiasan poster band-band rocker kesukaan Elin. Kamar tersebut juga berantakan Kadang-kadang Hanny menyuruh Elin untuk membereskannya, tapi Elin selalu protes pada Hanny. Ya, seperti hari ini. “Aduh... Hanny banny sweety. Lo, kan, bukan emak gue, jadi ngapain lo urusin gue. Suka-suka gue donk maunya gimana. Emak gue aja gak sewot,” protes Elin lagi.“Gue gak tahan liat kondisi kamar lo yang amburadul kayak gini. Gak nyaman liatnya. Dan gak nyaman untuk gue curhat...,” balas Hanny.“Ya kalo gak tahan gak usah liat. Tutup aja mata lo. Jadi gak kelihatan, kan? Udah jangan banyak comel. Curhat aja yang lo mau,” gerutu Elin.Hanny akhirnya menyerah dan tidak mau mengurusi kamar Elin yang seperti tong sampah itu. Dia duduk dipinggiran kasur Elin yang diikuti Elin dan Yoan.Yoan dari tadi duduk diam tanpa ikut debat dengan Elin dan Hanny. Dia sudah dengan pemandangan itu setiap hari. Tidak sekolah, jalanan, mobil maupun dirumah. Jadi sekarang dia hanya memasang telinganya baik-baik untuk mendengar curhatan Hanny yang hampir keluar dari mulut Hanny setiap bertemu mereka.Hanny mengdeham sebelum ia berbicara. Lalu ia berkata, “Gue mau curhat tentang hati gue,” ucapnya serius.“Hati? Kenapa? Lo disakitin Ardlan?” tanya Yoan sedikit khawatir.Hanny menggeleng. “Bukan itu. Hanya saja gue rasa gue jatuh cinta pada orang lain dan bukan lagi Ardlan.” Dia menghela nafas. “Lagipula kemarin pagi saat gue dan Ardlan ketemuaan di cafe, gue sudah putus ama dia.”Elin dan Yoan saling menatap dengan mulut agak terngakak. Lalu mereka berdua melihat ke Hanny yang sedang serius. “Apa?” seru Elin dan Yoan bersamaan.“Gue gak cocok lagi dengannya. Dia bukan tipe cowok yang gue pilih. Meski tipe cowok gue tajir dan ganteng, gue merasa dia hanya cowok yang memanfaatkan gue. Dia cowok matre dan dia pernah mengajak gue melakukan ‘begituan’.” “Rupanya lo baru nyadar kalo Ardlan itu penge...” Elin tidak melanjutkan perkataannya karena Yoan menyenggol lengannya untuk tidak berkata begitu pada Hanny yang sedang sedih.“Gue tahu kalau kalian pikir gue ini cewek yang bodoh yang mau saja terbuai laki-laki yang tajir dan ganteng saja tanpa melihat hatinya yang serius atau tidak dengan gue. Tapi kali ini tidak lagi. Mata gue terbuka.” kata Hanny sedih karena bukan hanya putus gara-gara Ardlan cowok matre dan pernah mengajaknya untuk ‘begituan’, tetapi Ardlan sudah menyakitinya dengan selingkuh dengan cewek lain. Padalah dia sangat mencintainya.Mendengar Hanny berkata begitu, hati Elin dan Yoan tersentuh. Keduanya memeluk Hanny dengan erat.“Kami tidak berpikir begitu tentang diri lo seperti itu. Hanya saja sifat lu kadang-kadang menyebalkan saat melihat cowok yang miskin dan tidak ganteng,” hibur Elin.“Sudahlah. Lupakan Ardlan. Sekarang dia hanyalah masa lalu lo. Dan lo harus melihat masa depan lo.” Yoan juga mencoba menhibur Hanny.Hanny memejamkan matanya. Dia begitu bahagia. Bahagia karena masih ada orang terdekat yang peduli terhadapnya. Semenjak mamanya dan papanya bercerai, dia semakin kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Ia yang tinggal dengan mamanya, semakin lama ia tidak berhubungan dengannya karena mamanya sibuk mengurusi perusahaan. Kadang-kadang ia juga berpikir tidak ada gunanya dia hidup didunia ini. Tapi dia punya kakak perempuan dan temannya yang selalu mendukungnya.“Thanks. Gue jadi terharu.” kata Hanny yang sudah mengeluarkan air mata.Elin dan Yoan melepaskan pelukan mereka. Dilihatnya temannya sudah menangis. “Udah. Cup cup cup. Jangan nangis donk! Lo kok jadi cengeng begitu sih?” Elin menyodorkan selembat tisu pada Hanny dan dia pun mengelap air matanya yang hampir membanjiri wajahnya.“Oya, kita lanjutin curhatannya, ya? Katanya lo jatuh cinta ama orang lain, tapi ama siapa?” tanya Yoan penasaran.“Dia...mmm...” Hanny ragu-ragu menjawab pertanyaan Yoan. Dia masih tidak percaya bahwa dia akan jatuh cinta atas kebaikannya.“Siapa” tanya Yoan lagi tidak sabar.“Dia...dia guru kita. Kak Nico.” jawab Hanny ragu-ragu.Elin dan Yoan kembali terngakak mendengar pengakuan Hanny. Ruapanya yang membuat Hanny berubah memandang cowok adalah Nico, guru mereka. “Gue gak salah, kan, jatuh cinta ama Kak Nico?” Elin mendekatkan dirinya ke Hanny. Dipegang kening Hanny. Gak panas. “Lo gak sakit, kan?”Hanny menggeleng.“ Bukannya lo pernah bilang kalau Kak Nico itu bukan level lo. Dan hanya Ardlan saja yang selevel ama lo. Sekarang lo malah jatuh cinta ama dia. Apa gak salah. Kesambet setan apa sampai lu ngeliat cowok ampe begitu?” ujar Elin tak percaya.“Mulai sekarang gue udah berubah. Gue enggak mandang cowok dari luar, tapi dalam hati juga. Mau dia jelek, miskin, tapi gue hanya liat hatinya yang baik.” kata Hanny yakin.“Tapi, kan, dia udah punya pacar, Han.” ujar Yoan.“Tapi juga gue harus nyatain perasaan gue. Gue paling gak bisa memendam perasaan gue pada cowok. Mungkin saat gue nyatain pada dia, dia bisa suka ama gue dan putus ama pacarnya. Gue juga liat kalau dia suka merhatiin gue.”“Lo kege-eran kale. Dia bukan perhatiin lu tapi nilai lu yang jeblok habis-habisan.” kata Elin.“Yang penting gue harus nyatain perasaan cinta gue mesti selalu cowok yang duluan nyatainnya pada gue. Gue enggak mau perasaan ini tidak terbalas!” *** Hanny mondar-mandir didalam kamarnya sambil memengang hapenya. Dia tidak tahu apa yang dia perbuat setelah mendapatkan nomor Nico. Dia mendapatkannya dari Yoan yang mencari informasi ditempat lesnya. Tentu saja dengan nama samaran agar tidak ada salah paham. Ia sedang berpikir apa sebaiknya dia mengajak Nico ketemuan. Tapi dia tidak mempunyai keberanian untuk itu.Tiba-tiba ketokan pintu kamar Hanny terdengar keras. Suara itu membuat lamunan Hanny lari sehingga hape yang dipegangnya hampir terjatuh. Bersyukur ia cepat sadar dan menangkap hapenya, kalau tidak dia bakal tidak dibeliin hape oleh mamanya lagi. Dia mengelus-elus dadanya.“Siapa sih ketuk pintu keras-keras?!” gerutunya berjalan mendekati pintu kamar. Dibukanya pintu kamar. Bi Lola-pembantunya- berdiri diluar.“Non, mama bilang kalau besok jangan pulang kemaleman. Soalnya ada acara makan malem dirumah. Kakak Non pulang dari Yogya besok. Jadi mama suruh Non untuk siap-siap besok. Jangan keluyuran lagi.” ujar Bi Lola langsung tanpa basa-basi.Hanny menghela napas panjang. Dia kecewa pada mamanya. Kenapa harus selalu menyampaikan pesan melalui perantara bukan dirinya sendiri. Itu membuat dia dan mamanya makin kurang berkomunikasi. “Gue ada les besok.”“Mama bilang, lesnya ditunda dulu. Soalnya Kakak Non mau kenalin calon suaminya.” kata Bi Lola lagi.Hah! Calon suami??? Sejak kapan kakak pacaran??? Kok gak pernah bilang-bilang sih, kata Hanny dalam hati, masih terkejut mendengar perkataan Bi Lola.“Gimana Mbak?” tanya Bi Lola menatap Hanny.Tanpa menjawab pertanyaan Bi Lola, ia langsung membanting pintu kamarnya tertutup dengan keras. Dia masih tidak percaya bahwa kakaknya bentar lagi akan nikah. Setelak kematian Rangga-pacar kakaknya-, kakaknya tidak pernah pacaran. Dan kini tanpa kabar sama sekali pada Hanny, dia sudah mempunyai calon suami.Dengan terpaksa, dia harus membatal ajakannya terhadap Nico. Tetapi masih ada hari esok. Jadi, dia akan memberanikan diri untuk mengajak Nico jalan-karena selama ini, dia tidak pernah mengajak pria manapun sebelum pria yang menyukainya mengajaknya. Dia harus menyatakan perasaannya pada Nico sebelum terlambat. *** Dengan gaun yang dibelinya minggu lalu bersama Elin dan Yoan, Hanny sudah siap untuk menyambut kepulangan Olinka-kakaknya- dari Yogyakarta. Gaun putih dengan banyak manik-manik yang membuat Hanny terlihat seperti pengantin sungguhan. Rambutnya diurai sampai punggungnya. Wajahnya sudah dilengkapi alat make up-nya. Dia makin terlihat cantik.Beberapa saat kemudian, ia pun keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah. Dilantai bawah, ia melihat mamanya pun sudah siap. Makanan terletak rapi di ruang makan. Suasana ruang tamu menjada lebih nyaman karena gorden dan bunga-bunga plastik sudah ditukar dengan yang baru. Hanny terus berjalan keluar rumah tanpa memperdulikan mamanya yang tadi melihatnya dan memanggilnya. Dia masih kesal dengan kejadian kemarin. Mamanya sudah tidak perduli padanya jadi dia juga begitu. Dia terus berjalan ke teras rumahnya yang luas.Tidak beberapa saat Hanny keluar dari rumah, sebuah mobil mewah masuk ke garasi rumah Hanny yang luas juga. Hanny tersenyum dan mendekati mobil itu. Pintu mobil terbuka. Dilihatnya seorang wanita keluar dari dalam. Tentu saja Hanny mengenalnya. Dia adalah Olinka, kakanya yang baru menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta. Hanny langsung memeluknya.“Hanny! Kamu makin cantik aja. Kakak merindukanmu.” ujar Olinka senang.“Aku juga.” Hanny melepaskan pelukannya lalu menatap Olinka. “Kakak kok gak bilang kalo kakak udah punya calon suami sih?”“Sorry! Kakak mau bikin suprise buat kamu.” jawab Olinka mencubit pipi adiknya yang tembem. “Jadi calon suami kakak mana?” “Tunggu, ya? Nic, ayo keluar! Jangan didalem terus!” Olinka berbisik pada Hanny, “Katanya calon istri kakak kenal kamu lho!” Hanny tersenyum. Dia masih penasaran siapa yang bisa menaklukan hati Olinka sehingga kakaknya bisa menggantikan Rangga dihatinya. Bukan hanya itu, dia juga penasaran mengapa calon suami kakaknya bisa mengenalinya. Padahal selama setahun ini, kakaknya tidak memberitahukannya dan juga tidak mengenalkan calon suaminya bagaimana calon suami Olinka bisa mengenalinya.Seorang pria yang kira-kira berusia sama dengan Olinka keluar dari dalam taksi. Dia mendekati Hanny dan Olinka. Olinka tersenyum manis pada pria itu. Hanny tidak begitu. Senyumannya memudar. Dia malah terngakak melihat pria itu. Dan pertanyaan-pertanyaannya pun sudah terjawab semua. Jantung berdebar-debar melihat pria itu.Hanny menelan ludah kering. “Kak Nico?

jatuh cinta

Allahu Rabbi aku minta izin
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang
Hingga membuat lalai akan adanya Engkau

Allahu Rabbi
Aku punya pinta
Bila suatu saat aku jatuh cinta
Penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas
Biar rasaku pada-Mu tetap utuh

Allahu Rabbi
Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta
Pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan
kasih-Mu
dan membuatku semakin mengagumi-Mu

Allahu Rabbi
Bila suatu saat aku jatuh hati
Pertemukanlah kami
Berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu

Allahu Rabbi
Pintaku terakhir adalah seandainya kujatuh hati
Jangan pernah Kau palingkan wajah-Mu dariku
Anugerahkanlah aku cinta-Mu...
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

arti cinta

Cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.

Cinta seperti matahari yang selalu memberikan cahayanya tanpa berhitung kapan dapat kembali. Matahari tentu sadar setiap cahaya yang diberikan akan mengurangi energi yang dimiliki.

Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.